SERTIJAB 1996-2000


Bambang Yudhoyono Resmi Assospol Kassospol ABRI
26 Agustus 1997-
Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono resmi menjabat sebagai Asisten Sosial Politik Kepala Staf Sosial Politik (Assospol Kassospol) ABRI menggantikan Mayjen TNI Budi Harsono. Pelaporan serah terima jabatan kepada Kassospol ABRI Letjen TNI Syarwan Hamid tersebut berlangsung hari Selasa (26/8/1997) di Mabes ABRI Cilangkap, Jakarta. Bambang Yudhoyono yang lahir di Pacitan (Jatim) pada 9 September 1949 merupakan lulusan Akabri 1973 dan memperoleh gelar MA dalam bidang manajemen di Webster University, AS. Ia menikah dengan Kristiani Herrawati, putri almarhum Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie. Karier militer dimulai di lingkungan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang I Kostrad dengan jabatan Komandan Peleton, Komandan Kompi dan perwira seksi 2/operasi tahun 1974-1982. Setelah itu, dalam kurun waktu 1983-1988 ia berturut-turut menjadi Paban Muda di Staf Operasi Mabes AD, Komandan Sekolah Pelatih Infanteri di Bandung, Danyon Infanteri 744 di Dili (Timtim) dan Paban Madya Staf Operasi Kodam IX/ Udayana (Denpasar). Pada 1989-1995, perwira ini lalu menjadi dosen Seskoad di Bandung, Koordinator Staf Ahli Dispenad, Koordinator Staf Pribadi (Sekretaris) Panglima ABRI, Komandan Brigif Linud 17 Kostrad, dan Danrem 072/ Pamungkas Yogyakarta. Akhir 1995, Yudhoyono ditugaskan dalam misi perdamaian PBB di Bosnia. Herzegovina dengan jabatan Kepala Peninjau Militer, merangkap Komandan Kontingen Indonesia. Sepulang dari Bosnia, ia diangkat jadi Kasdam Jaya, dan sejak 23 Agustus 1996 jadi Pangdam II/Sriwijaya.

Sikap terbuka
Dalam acara yang juga menerima pelaporan pergantian jabatan Asyawan Kassospol ABRI dari Mayjen TNI Slamet Sugijardjo kepada Mayjen TNI Soegito dan Kababinkar ABRI dari Mayjen TNI Bram Mengko kepada Mayjen TNI Gusti Syaifuddin, Syarwan Hamid mengatakan, di tengah dinamika sospol yang terus berkembang dan semakin terbuka, peran sospol ABRI harus tajam dan akurat. "Namun demikian visi tersebut harus diimbangi pula dengan sikap sosial politik yang lebih terbuka," katanya. Sikap sospol ABRI yang lebih terbuka, menurut Syarwan, tidak berarti menurunkan ukuran kewaspadaan ataupun mengurangi arti pendekatan. stabilitas. "Sikap terbuka itu justru dalam rangka meningkatkan kapasitas ABRI agar lebih banyak menyerap dinamika dan lebih memahami aspirasi yang berkembang di masyarakat," tuturnya. Sumber, http://www.library.ohiou.edu